SEJARAH ADONARA
Adonara adalah sebuah pulau kecil
yang cukup subur di ujung timur pulau flores.
SIAPAKAH nenek moyang orang Adonara?Sesuai penuturan adat turun temurun, sebagaimana dikemukakan tokoh masyarakat Adonara, H Syamsudin Abdullah (75).
SIAPAKAH nenek moyang orang Adonara?Sesuai penuturan adat turun temurun, sebagaimana dikemukakan tokoh masyarakat Adonara, H Syamsudin Abdullah (75).
Orang
asli Adonara adalah turunan seorang wanita yang bernama Sedo Lepan.Wanita ini
adalah manusia primitif paling pertama yang menghuni Pulau Adonara.Tubuhnya
ditumbuhi bulu lebat.Wanitan pertama ini muncul bersamaan dengan timbulnya
gunung Boleng.
Pada suatu saat terjadilah suatu
keajaiban yang luar biasa dimana tubuh Sedo Lepan ini "pecah" dan
keluarlah seorang wanita lagi yang kemudian dikenal dengan namaKewae
Sedo Bolen. Saat itu, di Pulau Adonara belum ada manusia lain selain
wanita ini. Selama bertahun-tahun ia hidup sendirian di lereng Ile (gunung)
Boleng. Kemudian suatu ketika, datanglah seorang laki-laki dari pantai selatan
Pulau Lembata yang bernama Kelake Ado Pehan.Ia diusir dari
Lembata karena dituduh sebagai seorang suanggi yang menyebabkan meletusnya
Gunung Adowojo.Ia lari dengan menggunakan sebuah perahu yang terbuat dari
sebatang kelapa dan terdampar di selatan pulau Adonara.
Singkat kisah, Kelake Ado Pehan kemudian bertemu dengan Kewae Sedo Bolen di
puncak Ile Boleng sehingga keduanya menikah. Dari pernikahan kedua manusia
pertama di Pulau Adonara itu, kemudian lahirlah tujuh putra yakni Lado
Ipa Jarangyang( keturunannya ada di Boleng), Mado Paling Tale (keturunannya
ada di Doken), Beda Geri Niha (keturunannya ada di Nihaona), Duli
LedanLabi (keturunannya di Lewoduli), Kia Kara Bau
(keturunannya ada di Wokablolon-Kiwang Ona), Kia Lali Tokan
(keturunannya ada di Lewobelek) dan Sue BukuToran yang (keturunannya ada
di Lewojawa-Lamahala.
Nama
Adonara terdapat dua pengertian.Adonara berasal dari kata "Ado"
dan "Nara". Ado ini mengingatkan orang Adonara akan pria
pertama yang hidup di pulau itu yakni Kelake AdoPehan.Sedangkan "Nara"
artinya kampung, bangsa, kaum kerabat.Jadi Adonara artinya Ado punya kampung, Ado
punya suku bangsa, Ado punya keturunan dan kaum kerabat.
Adonara juga berasal dari kata Adoknara."Adok" yang yang berarti mengadu domba dan "nara" yang artinya kampung, suku bangsa, kaum kerabat, golongan atau Puak.Jadi Adoknara artinya mengadudomba warga antarkampung, suku bangsa, kaum kerabat.Pengertian ini merujuk pada watak khas orang Adonara yang "gemar" berperang. Jika hendak berperang, maka para pihak akan menghubungi "nara" yakni keluarga, saudara, kaum kerabat di kampung lainnya agar memihak kepada mereka dalam perang tanding.
Adonara juga berasal dari kata Adoknara."Adok" yang yang berarti mengadu domba dan "nara" yang artinya kampung, suku bangsa, kaum kerabat, golongan atau Puak.Jadi Adoknara artinya mengadudomba warga antarkampung, suku bangsa, kaum kerabat.Pengertian ini merujuk pada watak khas orang Adonara yang "gemar" berperang. Jika hendak berperang, maka para pihak akan menghubungi "nara" yakni keluarga, saudara, kaum kerabat di kampung lainnya agar memihak kepada mereka dalam perang tanding.
Adonara
juga sering dikaitkan dengan adu darah, yakni perang tanding yang
terjadi di pulau itu."Dulu di Adonara dan Lembata masih dikenal dengan
istilah perang antara Paji dan Demong.Dimana kelompok Demong berasal dari
Lewopoti. Lewoleba, Tana Boleng, Horuhura, Lewomang, Wollo dan
Baipito.Sementara kelompok Paji berasal dari Menanga, Lamahala, Lamakera,
Lebala dan Watampao.
Apa
pun pengertiannya saat ini masih sering kita dengar pertikaian berdarah di
Adonara. Masalah tanah terutama menjadi pemicu terjadinya perang tanding. Watak
menyelesaikan sengketa tanah dengan cara kekerasan ini - sesuai ceritra rakyat
- disebabkan nenek moyang orang Adonara ditempa dengan kehidupan yang keras,
dimana peristiwa pertumpahan darah sudah merupakan hal biasa.
Seorang
tokoh muda asal Lembata, Muhamad Sengnama, mengatakan, anggapan bahwa orang
Adonara sampai saat ini masih identik dengan sifat-sifat keras dan selalu ingin
saling membunuh itu tidak benar.Orang Adonara tidak segan-segan melakukan
tindak kekerasan bahkan sampai membunuh kalau ada masalah yang menyangkut
hal-hal prinsip semisal harkat dan harga diri pribadi, suku dan kampung.
"Tapi
sekarang di Adonara sudah banyak masyarakat terpelajar.Banyak orang pintar di
NTT bahkan Indonesia yang berasal dari Adonara. Sekarang ini yang harus
dilakukan oleh orang Adonara yakni bagaimana menghilangkan image orang luar
tentang perilaku keras itu,"
ASAL USUL MANUSIA ADONARA
Menurut penuturan
sesepuh adat Ile Boleng yang ada di desa Boleng (Lamanele Atawatan), Lamanele,
Lamanele Bawah (Nobo) dan Lama Bajung, bahwa antara Pati Golo dan Ado Pehang
merupakan dua saudara kandung yang datang dengan berlayar dari daerah Rera Gere
(timur). Keduanya mendapat musibah di selat Boleng, mengakibatkan Ado Pehang
terdampar di Lembata, tepatnya wilayah Waibaja Loang. Sementara adenya Pati
Golo terbawa arus dan terdampar di Solor (daerah sekitar Pamangkayo depan Kota
Larantuka sekarang. Dari Solor Pati Golo Melihat cahaya api yang muncul di atas
puncak Ile Mandiri.
Dengan keahlian yang
dimiliki, Pati Golo membuat perahu untuk menyeberang ke Larantuka, dan terus
menyusuri kaki gunung Ile Mandiri menuju sumber api yang dilihatnya. Dan
bertemulah dengan seorang putri Ile Mandiri yang merupakan titisan Rera Wulan
yang kelak menjadi isterinya.Pati Golo memiliki sifat kepemimpin, walaupun dia
adalah adik dari Ado Pehang Beda.Maka Jadilah raja Pati golo yang bergelar
Arakiang merupakan pengakuan dari kerajaan di Sulawesi.Pati golo dan isterinya
putri titisan Rera Wulan Ile Mandiri (Watowele) beranak pinak dan menurunkan
raja-raja lainnya di Lamaholot yang dikenal dengan clan (suku) Demong.
Sebaliknya, Ado
(Pehang) Beda yang terdampar di Waibaja (Loang) mengembara ke pedalaman
Lembata. Dalam pengembaraan, menyusuri sungai Waibaja sampai ke pertengahan
Lembata, beliau tidak menjumpai seorang manusia, di hulu sungai Waibaja, atau
orang pedalaman Lembata (Boto, Atawuwur dan sekitarnya) menyebut Wai Raja, Ado
Pehang Beda menanamkan sebatang pohon cendana, sebagai batas perjalanannya
(katanya hingga kini masih ada).
Selanjutnya Ado Pehang
beda kembali lagi ke Waibaja. Dan di sinilah dia melihat adanya cahaya api di
puncak Ile Boleng. Dengan kemampuan yang dimiliki, Ado Pehang (Beda) membuat
perahu dan menyeberang ke Adonara.Dalam penyeberangan Ado Pehang mendarat di
sebuah selat kecil yang dikenal sampai sekarang dengan sebutan Wai Tolang, di
bawah desa Tanah Boleng sekarang. Daerah yang penuh batu tidak menghalanginya
untuk menemukan sumber cahaya api yang ada di atas gunung. Akhirnya dia
menjumpai suatu tempat yang sangat bersih di bawah sebatang pohon yang sangat
rindang.
Singkat cerita,
ditempat inilah Ado Pehang bertemu dengan Sedo Boleng yang merupakan putri
titisan Rera Wulan Ile Boleng. Atas ijin dan restu Rewa Wulan, Tanah Ekan
keduanya menjadi suami istri, yang kelak disebut klake (blake) Ado Pehang Beda
dan Kwae sedo Boleng). Keduanya juga beranak pinak hingga menurunkan clan (suku
Paji).
Turunan klake Ado
Pehang dan Kwae Sedo Boleng merupakan turunan Rae Kbelan (Anak Wruin) maka
dalam perkembangannya mereka tidak mau dikuasai oleh turunan raja Pati Golo
yang dianggap Rae Rabe Arik.Kelangsungan beranak pinak Klake Ado Pehang dan
Kwae Sedo Boleng agaklah unik.Mereka memiliki keberanian yang mumpuni tetapi
tidak mempunyai jiwa kepemimpin pemersatu, namun tetap hidup dalam keakraban
yang kental.Anak pinak Pehang Beda akhir hidup dengan bekerja sebagai petani
dan mengolah tanah hingga Wai Tolang tempat pendaratan Ado Pehang pertama kali.
Dari sini sebagian
dari mereka menetap di pesisir atau lebih dekat dengan laut yang dikenal dengan
istilah ata watan dan yang tetap dipedalamanan disebut Ata Kiwang (bukan Islam
dan katolik).Perkembangan pelayaran semakin ramai, membuat manusia Ata Watan
sering berhubungan dengan pendatang dari sina Jawa, Ternate Tidore dan
Sulawesi. Karena cara hidup yang berbeda membuat Ata Watan pindah lagi ke
pedalaman, kelompok ini akhirnya menyebar membentuk Lewo Tanah Boleng,
Lamawolo, Lamahelang, Lewo Keleng, dan yang masih di puncak Ile Boleng turun
dan menetap di Haru Bala, Nobo, dan agak kevutara menetap di Lama Bajung.
Manusia Ata Watan yang
bisa berbaur dengan pendatang akhirnya pindah ke Boleng yang dianggap tempat
yang cukup strategis untuk berlabuh perahu, juga berlindung.Penyebaran anak
pinak Ado Pehang tidak sedikitpun mencerai pisahkan tali persaudaraan mereka
hingga kini, karena setiap pesta budaya adat mereka selalu bersatu hingga kini.
Semakin ramainya
hubungan dengan dunia luar terutama dari Ternate, Tidore dari timur serta sina
Jawa dan Sulawesi dari barat dan utara membuat mereka mulai mengenal cara
memimpin dan membentuk raja-raja kecil. Misalnya ada yang menjadi Raja Lama
Hala, Raja Lama Kera, dan raja Terong (kerabat) sedangkan Raja Menaga, Lohayong
merupakan turunan dari Pati Golo.
Sementara Turunan Ado
Pati yang ada di Lamanele (Lamanele, Nobo dan Boleng (tetap dianggap Ata
Kiwang) karena masih tetap berhungan erat dengan orang pedalaman tetap hidup
damai dalam kesatuan adat dan budaya tradisional (perubahan dari adat budaya
primitif) tetap menjadi ata kebelan dan tidak menjadi wilayah kekuasaan Raja
Lamahala, Lamakera, Witihama dan raja-raja lainnya. Manusia Lamanela atau yang disebut
manusia Ile Ae (depan gunung) tetap dianggap ata kebelan oleh raja-raja
sekitarnya, baik raja-raja yang dikenal dengan sebutan Solor Watan Lema, maupun
Raja Witi Hama, Adonara dan Sagu.
Kebesaran Ata Kebelan
Lama Nele disebut Ata Kiwang termasuk Boleng bisa dibuktikan dengan perasasti
sejarah hingga saat ini, seperti:
1.
Mendamaikan/menghentikan perang antara Raja Lama Hala dan Raja Lama Kera.
Peperangan ini tidak bisa didamaikan oleh raja raja dari turunan anak pinak
Pati Golo, karena mereka merasa yang berperang adalah Ata Kebelan.dan mereka
menyerahkan sepenuhnya kepada Kebelan Lamanele.Bukti sejarah hingga kini bisa
disaksikan dengan dua buah benteng dari batu yang berdiri kokoh mengelilingi
desa boleng yang dibangun oleh raja lamakera dan yang mengelilingi desa
Lamanele Reren (sekarang Nobo) yang dibangun oleh Raja Lamahala.
2. Bukti prasasti
lainnya adalah benda berbentuk naga yang terbuat dari emas tanah serta benda2
kuno lainnya yang masih tersimpan rapi di rumah adat Lamanele Reren (Nobo)
merupakan hadiah dari para pendatang buat pembesar Lamanele walaupun bukan
raja.
3. Atas persetujuan
sesepuh adat Lamanele Reren dan Lamanele Blolon, sesepuh Boleng bisa
menghentikan perang antara Paji dan Demong, sehingga terciptalah nama Adonara
oleh anak pinak Pati Golo, bahwa pulau yang ada di depan Larantuka adalah milik
Ado yang merupakan saudara dari Pati Golo. Ado adalah Ado Pehang sementara Nara
adalah saudara.
4. Kehebatan manusia
Lamanele tidak hanya di Adonara, tetapi sampai ke Lembata dan mampu meredam
terjadinya peperangan di Lembata, sebagai hadianya, tanah di pesisir Wai Jarang
hingga Wai Baja diserahkan kepada orang-orang Lamanela Ata Kiwan maupun Ata
Watan. Kepemilikan tanah di Wai Jaran, Wewan Belan, Kwaka, Wai Baja di
kabupaten Lembata hingga kini menjadi milik anak pinak Ado Pehang yaitu (orang
Boleng di Wai Jarang, Wewan Belan, Wai Baja) sementara orang Lamanele Reren
(Nobo) menguasai tanah di Kwaka.
Itulah sekelumit kisah
orang yang saya dengar dari orang tuaku almarhum Bonto Ata Boleng, dan bapa
Belan Gaen Roma Boli, yang merupakan anak cucu dari seorang tua yang beranak
Asan Boleng yang merupakan teman akbar Raja Molo Gong.
PEMERINTAHAN
Adonara sendiri
sebenarnya adalah sebuah pulau yang terletak di kepulauan Nusa Tenggara. Yakni disebelah
timur pulau flores. Luas wilayahnya 509 km2 dan titik tertingginya
1.676 m. pulau ini dibatasi oleh laut flores disebelah utara, selat solor
diselatan (memisahkan dengan pulau solor) serta selat Lowotobi di barat
(memisahkan dengan pulau flores).
Secara administrative,
pulau Adonara termasuk wilayah kabupaten flores timur, provinsi Nusa Tenggara
Timur, Indonesia. Adonara merupakan satu diantara dua pulau utama pada
kepulauan di wilayah Kabupaten flores timur. Awalnya terdiri dari 2 kecamatan
yang kemudian dikembangkan menjadi 7 kecamatan. Adonara dahulu merupakan sebuah kerajaan yang didirikan pada tahun
1660 sampai saat sekarang Adonara terus berbenah baik dalam infrastruktur dan
prasarana yang ada didaerahnya.
PARIWISATA
Pesona
wisata budaya menjadi andalan dari pulau yang satu ini karena sampai dengan
saat sekarang dimana refolusi teknologi tengah melanda dunia.Adonara masih
berpegang teguh pada norma-norma dan adat istiadat.Sehingga tidak mengherankan
kalau Adonara menjadi daerah tujuan wisata dari wisatawan mancanegara dan
domestik.Tempat wisata yang sering dijadikan sebagai referensi bagi pelancong
adalah desa-desa yang mempunyai basis budaya seperti rumah-rumah adat.Upacara
adat seperti upacara pemanngilan hujan pada masa menjelang musim tanam upacara PA’O
NUBA NARA, dan masih banyak yang lainnya.Selain wisata budaya Adonara
mempunyai tempat-tempat wisata seperti danau KOTA KAYA dan wisata pantai. Suatu
pesona wisata yang masih sangat perawan dengan memiliki pantai yang sangat
eksotis, hamaparan pasir putih sepanjang mata memandang dengan deburan ombak
yang memicu adrenalin bagi mereka yang senang surfing. Untuk akses ke Adonara
sendiri, anda cukup menyeberang kurang lebih 30 menit dengan menggunakan kapal
motor laut dari ibukota kabupaten flores timur, larantuka.
ILE BOLENG DI ADONARA |
Komentar
Posting Komentar