Postingan

Menampilkan postingan dari April 13, 2015

PULAU KONGA

Gambar
Pulau Konga is a island and is located in East Nusa Tenggara, Indonesia. The estimate terrain elevation above seal level is -9999 metres. Variant forms of spelling for Pulau Konga or in other languages: Poelau Tjiang, Konga Eiland, Pulau Konga, Konga Eiland, Poelau Tjiang, Pulau Konga. Latitude: -8°27'6.12" Longitude: 122°47'56.03" Well known places, streets and travel destinations Pulau Konga maps of Pulau Konga pictures near Pulau Konga (by Elzer C.H.) Sunset @ Konga ricefield-Flores (by simon.nany) Jalan ke Nobo (by armigomelleng) Larantuka Flores Indonesia (by aquatravel) Island at Konga Bay, East Flores, NTT, Indonesia (by Grahabudayaindonesia) Pulau Konga (by armigomelleng) Konga Island, Flores Timur (by Rizki Aufara) Dawn at Larantuka (by Baktiar) mount lewotobi (by chrism3nz) Lewotobi Mountains, East Flores, NTT Province, Indonesia (by Grahabudayaindonesia) Near by ,,Pulau Konga´

SEJARAH ADONARA

Gambar
Adonara adalah sebuah pulau kecil yang cukup subur di ujung timur pulau flores. SIAPAKAH nenek moyang orang Adonara?Sesuai penuturan adat turun temurun, sebagaimana dikemukakan tokoh masyarakat Adonara, H Syamsudin Abdullah (75). Orang asli Adonara adalah turunan seorang wanita yang bernama Sedo Lepan .Wanita ini adalah manusia primitif paling pertama yang menghuni Pulau Adonara.Tubuhnya ditumbuhi bulu lebat.Wanitan pertama ini muncul bersamaan dengan timbulnya gunung Boleng. Pada suatu saat terjadilah suatu keajaiban yang luar biasa dimana tubuh Sedo Lepan ini "pecah" dan keluarlah seorang wanita lagi yang kemudian dikenal dengan nama Kewae Sedo Bolen. Saat itu, di Pulau Adonara belum ada manusia lain selain wanita ini. Selama bertahun-tahun ia hidup sendirian di lereng Ile (gunung) Boleng. Kemudian suatu ketika, datanglah seorang laki-laki dari pantai selatan Pulau Lembata yang bernama Kelake Ado Pehan .Ia diusir dari Lembata karena dituduh sebagai se

ASAL USUL NAMA FLORES

Term “Flores” berasal dari bahasa Portugis, maknanya ‘bunga-bunga’. Namun sebelum dikenal dengan “Flores”, menurut kisah-kisah para tetua, nama pulau ini sebelumnya adalah Nusa Nipa, yang bermakna Pulau Ular. Ada yang menyebut nama ini terpatri sebab pulau ini (dulunya) dihuni banyak ular, ada pula menyebut lantaran bentuknya bagai ular.  Kembali ke sejarah jaman dahulu kala sebelum kedatangan bangsa Portugis, Nusa Nipa masuk dalam jajaran kepulauan Sunda Kecil di bawah kuasa kerajaan Majapahit. Ingatlah Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada. Konon Gajah Mada pernah mendatangi Nusa Nipa, bahkan oleh masyarakat Lembata, mahapati Majapahit itu tinggal cukup lama di Lembata (dulunya Lomblen) dan meninggalkan sebilah keris disana (keris itu masih ada sampai sekarang). Itulah sebabnya nama Nusa Nipa terasa bernuansa “ke-Hindu Majapahit-an”, sama seperti nama-nama pulau di jajaran Sunda Kecil, misalnya Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa……, dan lain-lain. Sekarang

TENTANG KERAJAAN LARANTUKA

Kerajaan Larantuka termasuk kerajaan yang tua, berusia sekitar 700an tahun. Sebuah sistem pemerintahan konon mulai dikenal masyarakat Larantuka sejak abad ke-13. Sistem pemerintahan ini berada di bawah tampuk kepemimpinan seorang raja. Pengaruh Majapahit tampak dalam susunan pemerintahan yang menyerupai struktur pemerintahan kerajaan-kerajaan di Jawa teristimewa Mojopahit,terdiri dari Raja, Pou Suku Lema dan Kakang  Lewo Pulo. Raja  adalah pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi berintikan kekuasaan adat. Pou Suku Lema merupakan pou atau pu atau “Empu” yang lima. Pou merupakan dewan mahkota yang memegang peranan sebagai penasehat Raja,sekaligus menjalankan tugas-tugas eksekutif dan legilatif.Kakang merupakan raja-raja kecil,memerintahkan kekakangan masing-masing yang bersifat otonom. . Ini diperkuat catatan sejarah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Saat itu, Larantuka diyakini sebagai salah satu wilayah kerajaan yang berhasil ditaklukkan serdadu Majapahit yang dipimp

SEJARAH PULAU FLORES

Nama Pulau Flores berasal dari Bahasa Portugis “Cabo de Flores” yang berarti “Tanjung Bunga”. Nama ini semula diberikan oleh S. M. Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari Pulau Flores. Nama ini kemudian dipakai secara resmi sejak tahun 1636 oleh Gubenur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores yang sudah hidup hampir empat abad ini sesungguhnya tidak mencerminkan kekayaan Flora yang dikandung oleh pulau ini. Karena itu, lewat sebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) mengungkapkan bahwa nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa (yang artinya Pulau Ular). Dari sudut Antropologi, istilah ini lebih bermanfaat karena mengandung berbagai makna filosofis, kultural dan ritual masyarakat Flores. Pulau Flores, Alor dan Pantar merupakan lanjutan dari rangkaian Sunda System yang bergunung api. Flores memiliki musim penghujan yang pendek dan musim kemarau yang panjang. Daerah Pulau Flores meliputi delapan kabupaten, yakni Kabupaten Manggarai Barat, Mangga

Sejarah asal muasal suku di Flores Timur

Masyarakat Flores Timur juga memiliki kisah atau cerita rakyat tentang asal-usul yang disebut Tutu Usu Maring Asa (Cerita Asal usul), salah satu di antaranya adalah kisah Wato Wele - Lia Nurat . Dalam masyarakat Flores Timur , tradisi lisan tidak dapat dilepaskan dari keadaan sejarah dan kebudayaan masyarakat pendukungnya, bahwa tradisi lisan masyarakat Flores yang menyangkut cerita asal-usul pada umumnya sangat terkait dengan unsur sejarah masa silam. (Taum, 1997: 4) Masyarakat Flores Timur mengenal istilah orang Tena Mau atau kelompok suku pendatang yang berasal dari kata tena (perahu) dan mau (terdampar), istilah itu merujuk kepada para pendatang yang berasal dari wilayah Nusantara Timur (Seram, Lembata ) dan datang ke Flores timur dengan menggunakan perahu. Sedangkan istilah Sina Jawa merupakan istilah untuk menyebut wilayah yang berasal dari Nusantara Barat, meliputi daerah Jawa, sumatera, Malaka dan Sumbawa, saat ini Sina Jawa merupakan istilah untuk men

KILAS BALIK MASYARAKAT BORUK TANA BOJANG

BORUK TANA BOJANG, KEBO KILI BATU SUKUN PULU WOT LIMA, AKENG RUA PLEBONG TELU LIWU LEWAR TUKAN BORUK SOGE TAPUN MAU RAWA TERI ORA NIAN, ERA ORA TANA  MULA  AI,  PA’AT TALI TENA NIAN  A’UN GIIT  TANA  A’UN MANGAN Boruk Tana Bojang tanah persekutuan seahli waris, bersaudara seketurunan leluhur persekutuan suku-suku berkerabat khalayak banyak Liwu Lewar Tukan Boruk Soge Tapun Mau Rawa ini tanah tumpah darah kami, di sini kami menanam pohon dan melindungi hutan serasi selaras tanah air, lestari bumi hunian Sepenggal kalimat di atas  merupakan semangat yang mendorong komunitas Boruk Tana Bojang di perbatasan Kabupaten Sikka – Flores Timur memperjuangkan haknya atas tanah yang telah ditetapkan pemerintah menjadi kawasan hutan lindung. Ungkapan semangat sekaligus penegasan keberadaannya ini bukan tampa alasan. Sudah sejak pemerintahan kolonial Belanda hingga ke pemerintahan RI, masyarakat di wilayah ini terhimpit dalam kungkungan  produk hukum yang men