Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober 24, 2010

PERANG POLITIK DENGAN ANEKA TEMA

Perang Politik Lewat Aneka Tema Oleh Prof Dr Syofyan Saad MPd ACAP kali di ranah kebudayaan perpolitikan negeri ini memperlihatkan praktek strategi politik yang tak sabaran; ini semacam otoritas dan kekaguman yang tak berarti. Determinan begini, ketika lebih jauh kita telisik, bisa saja yang secara naluriah politik para partai politik (Parpol) itu mencari peluang kesengan-kesenangan politik, maka para Parpol itu serupa makhluk hidup yang tak ramah menghadapi strategisnya. Semiotika ini teramat kental teridentifikasi dengan kemunculan bender-bendera Parpol dari aneka Parpol, belakangan ini, justru bukan lewat aplikatif program riil. Kibaran bendera-bedara Parpol dari aneka Parpol yang belakangan ini marak, terutama, di jalan-jalan strategis di Ibukota Republik tercinta ini, selain menandakan strategi politik yang tak sabaran itu karena musim kampanye pada pemilihan umum masih setahun lagi; juga, mengajarkan kepada publik suatu kesan bahwa para Parpol itu loyalitas sosialnya yang terpe

AGAMADANBUDAYALOKAL

Agama dan Budaya Lokal Oleh: Kupret el-Kazhiem Menulis catatan ini saya jadi ingat ketika Gusdur pernah mengusulkan bahwa kalimat assalaamu’alaikum diganti dengan selamat pagi, waktu itu reaksi keras datang dari banyak kalangan, terutama kaum konservatif dengan membawa serta puluhan dalil yang dinisbahkan pada hadis Nabi. Akan tetapi terdapat fenomena menarik ketika saya berada di Mesir, yakni sebuah tradisi dimana setiap orang yang hendak menaiki kendaraan umum akan mengucapkan salam pada penumpang lain di dalam angkutan. Kalimat assalaamu’alaikum seringkali terdengar begitu mereka memijakkan kaki pertama, dan hal tersebut bukan saja diucapkan oleh kalangan muslim melainkan non-muslim pula. Tak jarang balasan yang terdengar dari para penumpang lain ialah sambungan kalimat selanjutnya yaitu warahmatullah wabarakaatuh. Melihat fenomena ini saya berupaya memahami bagaimana kalimat salam tersebut yang seringkali menjadi klaim dimiliki oleh orang muslim semata, ternyata tak berlaku di tana

MERELIGIKANPOLITIK

Hingar bingar politik selalu mengalami icon menarik. Eskalasi politik senantiasa mencuat dalam menuju rubric isu panas di pentas kekuasaan negeri ini. Seolah bincang politik salalu ‘memukau’ dan mewacana dalam segala level sosial masyarakat. Hampir semua orang ogah ketinggalan informasi politik. Seolah ritme politik telah menjadi irama goyangan lisan di setiap topik perbincangan. Memukaunya isu politik bahkan telah membius kesadaran akan esensi berpolitik. Kesadaran berpolitik semata hanya terlukiskan dalam hak politik yang tercermin dari kebebasan berpendapat, berekpresi dan persamaan hak dalam merenggut kursi kekuasaan. Dengan demikian, esensi politik menjadi kabur, bahkan menyimpang dari khittah nya. Memang, khittah politik menjadi sangat nisbi, karena tidak satupun sikap politik yang bebas dari “virus” kepentingan. Bahkan, dengan kepentingan itulah terwujudnya rahim politik. Hasilnya, politik melahirkan sifat-sifat yang tidak lagi berdasarkan moral dan agama. Berpolitik menjadi b

BUDAYAPOLITK

A. PENDAHULUAN Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya. Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsu