PMKRI Seakan Terjebak Dalam Politik Praktis

Setiap tanggal 28 Mei, organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Rtepublik Indonesia (PMKRI) memperingati hari kelahirannya. Kini organisasi yang berdiri di atas semangat ke-Katolik-kan dan ke-Indonesiaan itu akan memperingati hari kelahirannya yang ke-64 tahun.
PMKRI merupakan organisasi mahasiswa kristen yang besar di Indonesia. Ia memiliki peran strategis dalam menegakkan pilar-pilar ke-katolik-an sebagai landasan historis sebuah pendirian. Sejak awal berdiri, PMKRI dapat dikatakan telah menegaskan diri sebagai organisasi yang mempunyai visi dan misi perjuangan mengokohkan nilai-nilai ke-katolik-an, kemahasiswaan dan keindonesiaan.
Namun, sejalan dengan perkembangan zaman, dinamika kemahasiswaan mengalami stagnasi orientasi perjuangan. Idealisme ke-katolik-an yang dibangun PMKRI sejak awal berdirinya, seakan telah dikalahkan oleh pragmatisme dan bentuk permainan politik praktis.Kondisi ini yang tanpa disadari dialami gerakan mahasiswa PMKRI sekarang. Mereka terjebak pada arus transformasi politik pragmatis yang lambat laun tanpa disadari dapat mengikis habis kejatidiriannya sebagai pemegang tampuk keadilan, kebajikan serta kejujuran yang diperjuangkannya.
Gerakan mahasiswa dewasa ini disinyalir mengalami kemerosotan. Tindakan anarkis, brutal, dan perilaku tak patut hukum menjadi wajah buram pergerakan mahasiswa sekarang. Tindakan semacam ini yang sebenarnya tidak diinginkan oleh PMKRI itu sendiri jika mengaca pada dimensi sejarah berdirinya. Seyogianya perlu diberi spirit penyadaran.
Mengaca pada sejarahnya, PMKRI hadir pada saat yang tepat ketika Indonesia berada pada kondisi genting melawan rezim yang radikal dan kurang memperhatikan rakyat kecil. Berangkat dari sumbangsih organisasi PMKRI danorganisasi Mahasiswa lainnya tersebut, Indonesia dapat memperoleh eksistensi kemerdekaannya sampai sekarang.
Keadaan di atas sekaligus juga menjadi pendorong terhadap berdirinya gerakan PMKRI sebagai tameng pamungkas dalam menegakkan dan mengembangkan ajaran katolik, mengembalikan jati diri mahasiswa, dan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Inilah yang menjadi pendorong didirikan PMKRI.
Berdirinya PMKRI tersebut sungguh menarik minat intelektual muda untuk ikut memperjuangkan kebenaran dan keadilan pada saat itu. Yakni kebenaran dan keadilan yang berlandaskan pada nilai-nilai ke-katolik-an.
Pada saat itu, hasrat dalam membentuk karakter kader intelektual PMKRI dan para cendekiawan Katolik Indonesia menjadi tujuan yang tak tergoyahkan di tengah merebaknya pemikiran yang radikal. Maka tidak salah jika frame yang moncolok dari PMKRI adalah membentuk kader-kader intelektual Katolik yang mempunyai wawasan ke-katolik-an yang relatif tinggi.
Tujuan baik ini membuahkan hasil yang positif terhadap lahirnya sederetan kader muda berwawasan ke-katolik-an yang dilahirkan dari PMKRI. Mereka banyak mengisi garda depan kemajuan bangsa Indonesia baik dalam perpolitikan maupun keagamaan. Misalnya dapat kita lihat sekarang seperti Cosmas Batubara, O.C. Kaligis, dan masih banyak tokoh Katolik yang lain.
Mereka adalah sosok yang lahir dari PMKRI yang perlu dicontoh oleh kader muda PMKRI yang masih duduk di bangku perkuliahan. Tak terkecuali mereka yang aktif di organisasi. Sejatinya sosok di atas adalah teladan yang bisa diikuti jejak perjuangannya dalam mengasah intelektual akademis.
Tujuan Progresif
Hal ini penting untuk dilakukan oleh generasi PMKRI masa kini. Para penerus tidak boleh hanya berkutat pada wilayah pergerakan saja, tetapi lebih jauh dari itu pengasahan intelektual tidak boleh diabaikan. Karena selain berpandangan pada jargon kebangsaan dan keindonesiaan yang humanis, PMKRI sejak awal sudah mengkultuskan dirinya sebagai organisasi Katolik. Hal ini yang seyogianya perlu diperhatikan.
Perjuangan dalam pembaharuan yang telah menyatu dalam diri mereka sebagai intelektual muda harus dipertahankan dan dikembangkan. Perjuangan yang telah ditunjukkan para pendahulu mereka itu harus diimplementasikan dalam wujud nyata. Sangat ironis sekali jika generasi penerus PMKRI hanya memprimadonakan para pendahulu mereka, sedangkan mereka sendiri tidak melakukannya.
Tindakan yang demikian harus dibuang jauh-jauh. Mereka harus mempunyai tujuan yang lebih progresif lagi dengan talenta yang dimiliki untuk memandang masa depan yang lebih bermakna. Semua ini demi mengokohkan perjuangan PMKRI menghadapi pergulatan politik, ekonomi dan masalah kebangsaan semisal perjuangan melawan tindakan korupsi.
Hal itu dapat dilakukan dengan pertimbangan yang cukup matang. Artinya kaum muda tidak hanya mengedepankan emosi dan arogansi semata ketika bertindak. Karena jika demikian citra PMKRI sebagai organisasi Mahasiswa Katolik dan sebagai gerakan perlawanan terhadap tindakan radikal para penguasa akan hilang ditelan zaman.
Gerakan intelektual PMKRI harus memberikan semangat baru dalam menghadapi dinamika zaman dengan senantiasa mengedepankan nilai-nilai keislaman, serta kemudian dibentuk dengan format baru sesuai dengan konteks kekinian. Format yang berlandaskan pada progresivitas intelektual tetapi tidak menghilangkan visi dan misi awal.
Peringatan hari lahir yang akan genap 64 tahunPMKRI nanti, perlu dijadikan refleksi untuk mengokohkan kembali komitmen PMKRI sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang ke-Katolik-an, memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Bekal intelektual yang berlandaskan pada wawasan keagamaan menjadi prinsip awal yang seharusnya menjadi penopang PMKRI dalam menyelesaikan problematika kebangsaan.
Bukan suatu yang mustahil apabila kekuatan yang dibangun melalui kesadaran intelektual dan pengokohan strategi yang mumpuni akan memberikan pencerahan bagi terbentuknya PMKRI yang siap dengan segala tantangan dan perubahan. Semoga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENELUSURI KEBERADAAN PT. ASA MUTIARA NUSANTARA (PT. AMN) DI PULAU KONGA, DESA KONGA, FLORES TIMUR

TENTANG KERAJAAN LARANTUKA

KILAS BALIK MASYARAKAT BORUK TANA BOJANG