Etika & Filsafat Politik
Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok/organisasi & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Maka dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Sehingga dapat dikatakan gagal dalam memberikan pelayanan pada anggota atau masyarakat. Contohnya adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya. Untuk itu perlu kita pahami secara mendalam bagaimana supaya kepemimpinan dapat seefektif mungkin sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam pencapaian tujuan bersama dalam suatu kelompok/organisasi.
Seorang pemimipin yang efektif harus tau siapa yang dipimpinnya, memiliki tujuan ( visi & misi ) yang jelas yang akan dilaksanakannya. Seorang pemimpin yang efektif juga adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi. Sehingga berbagai masalah pun dapat terpecahkan. Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi.
Etika yaitu nilai-nilai yang berada dalam diri individu, dan diukur melalui perilaku yang baik atau buruk, benar atau salah. Sedangkan filsafat yaitu pencarian kebijaksanaan, dimana terdapat hasrat atau keinginan yang besar untuk mencari suatu kebenaran yang sungguh-sungguh/kebenaran sejati. Dengan berfilsafat bearti kita berusaha untuk mengetahui tentang sesuatu apakah itu merupakan suatu kebenaran yang hakiki. Etika itu sendiri merupakan bagian dari filsafat yang dapat menuntun hidup jadi bahagia, dimana kita dapat membedakan mana yang baik atau pun buruk dan mana yang benar ataupun salah. Korelasinya dengan kepemimpinan yaitu kita sebagai calon leader harus mampu memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain. Tentunya dengan telah memahami dan menerapkan bagaimana beretika dan berfilsafat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kita pun bisa dan mampu menjadi seorang yang potensial. Dengan kata lain dapat menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Sehingga sebagai agent of change and development kita pun mampu memberikan suatu perubahan untuk membina dan mengembangkan suatu filafat dalam memecahkan masalah-masalah yang akan dihadapi demi mencapai suatu kemajuan pembangunan dari berbagai aspek kehidupan.
Gaya kepemimpinan demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang sangat efektif apabila digunakan atau diterapkan. Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Akan tetapi pada dasarnya gaya kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan manfaat.
Sebagai mahasiswa dan calon leader, sikap kritis, logis-rasional, opini dan argumentative sangat diperlukan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi diri sejak dini. Salah satu caranya yaitu dengan giat belajar dan terus berusaha menggali wawasan dan mengasah kemampuan yang kita miliki untuk menjadi seseorang yang memiliki kualitas sumber daya yang tinggi, sehingga nantinya kita juga memiliki kinerja yang sangat memuaskan bagi instansi/lembaga tempat kita bekerja, dan pastinya layak untuk menjadi seorang leader. Untuk menjadi seorang pemimpin, sangat diperlukan karakter dan integritas untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Dan untuk mencapai suatu keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Seperti yang kita ketahui manusia adalah makhluk Tuhan yang paling potensial. Manusia diberikan IQ, EQ, & SQ yang salah satu fungsinya yaitu untuk membina dan mengembangkan etika dan filsafat dalam kepemimpinannya. Dengan akal pikiran (IQ) manusia dapat menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri, tau apa yang diinginkan, dan mampu mengembangkan kreatifitasnya dan meningkatkan kualitas sumber daya yang ada dalam dirinya. Dengan potensi EQ, manusia dapat membedakan mana yang baik & buruk, benar & salah, sehingga tidak akan salah melangkah & tau apa yang harus dilakukan. Sedangkan dengan potensi SQ merupakan suatu kejujuran & rasa tanggung jawab yang dimiliki manusia terhadap orang tua & kepada Tuhan untuk mensyukuri semua yang telah diberikan oleh-Nya. Lalu bagaimana cara kita agar dapat menggunakan semua potensi yang kita miliki secara maximal yaitu adalah sama dengan bagaimana kita dapat mengenali, mengendalikan & mendayagunakan kekuatan akal pikiran (IQ) kita, agar tercapai suatu kesuksesan/keberhasilan/kemenangan.
Maka dari itu proses pendidikan tinggi sebagai calon pemimpin harus dibudayakan dengan membangun pengertian atau pola berfikir (mindset) menjadi suatu proses kebudayaan yang terjadi dalam proses belajar dan mengajar yang memiliki value/nilai-nilai: benar dan salah, baik dan buruk (respect), Kepantasan untuk dilakukan (best to do), Just and Fair (hanya dan tidak hanya), yang akhirnya disebut Responsibilitas atau Three fundamental conditions of value-etics.
***
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Sehingga dapat dikatakan gagal dalam memberikan pelayanan pada anggota atau masyarakat. Contohnya adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya. Untuk itu perlu kita pahami secara mendalam bagaimana supaya kepemimpinan dapat seefektif mungkin sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam pencapaian tujuan bersama dalam suatu kelompok/organisasi.
Seorang pemimipin yang efektif harus tau siapa yang dipimpinnya, memiliki tujuan ( visi & misi ) yang jelas yang akan dilaksanakannya. Seorang pemimpin yang efektif juga adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi. Sehingga berbagai masalah pun dapat terpecahkan. Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi.
Etika yaitu nilai-nilai yang berada dalam diri individu, dan diukur melalui perilaku yang baik atau buruk, benar atau salah. Sedangkan filsafat yaitu pencarian kebijaksanaan, dimana terdapat hasrat atau keinginan yang besar untuk mencari suatu kebenaran yang sungguh-sungguh/kebenaran sejati. Dengan berfilsafat bearti kita berusaha untuk mengetahui tentang sesuatu apakah itu merupakan suatu kebenaran yang hakiki. Etika itu sendiri merupakan bagian dari filsafat yang dapat menuntun hidup jadi bahagia, dimana kita dapat membedakan mana yang baik atau pun buruk dan mana yang benar ataupun salah. Korelasinya dengan kepemimpinan yaitu kita sebagai calon leader harus mampu memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain. Tentunya dengan telah memahami dan menerapkan bagaimana beretika dan berfilsafat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kita pun bisa dan mampu menjadi seorang yang potensial. Dengan kata lain dapat menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Sehingga sebagai agent of change and development kita pun mampu memberikan suatu perubahan untuk membina dan mengembangkan suatu filafat dalam memecahkan masalah-masalah yang akan dihadapi demi mencapai suatu kemajuan pembangunan dari berbagai aspek kehidupan.
Gaya kepemimpinan demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang sangat efektif apabila digunakan atau diterapkan. Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Akan tetapi pada dasarnya gaya kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan manfaat.
Sebagai mahasiswa dan calon leader, sikap kritis, logis-rasional, opini dan argumentative sangat diperlukan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi diri sejak dini. Salah satu caranya yaitu dengan giat belajar dan terus berusaha menggali wawasan dan mengasah kemampuan yang kita miliki untuk menjadi seseorang yang memiliki kualitas sumber daya yang tinggi, sehingga nantinya kita juga memiliki kinerja yang sangat memuaskan bagi instansi/lembaga tempat kita bekerja, dan pastinya layak untuk menjadi seorang leader. Untuk menjadi seorang pemimpin, sangat diperlukan karakter dan integritas untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Dan untuk mencapai suatu keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Seperti yang kita ketahui manusia adalah makhluk Tuhan yang paling potensial. Manusia diberikan IQ, EQ, & SQ yang salah satu fungsinya yaitu untuk membina dan mengembangkan etika dan filsafat dalam kepemimpinannya. Dengan akal pikiran (IQ) manusia dapat menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri, tau apa yang diinginkan, dan mampu mengembangkan kreatifitasnya dan meningkatkan kualitas sumber daya yang ada dalam dirinya. Dengan potensi EQ, manusia dapat membedakan mana yang baik & buruk, benar & salah, sehingga tidak akan salah melangkah & tau apa yang harus dilakukan. Sedangkan dengan potensi SQ merupakan suatu kejujuran & rasa tanggung jawab yang dimiliki manusia terhadap orang tua & kepada Tuhan untuk mensyukuri semua yang telah diberikan oleh-Nya. Lalu bagaimana cara kita agar dapat menggunakan semua potensi yang kita miliki secara maximal yaitu adalah sama dengan bagaimana kita dapat mengenali, mengendalikan & mendayagunakan kekuatan akal pikiran (IQ) kita, agar tercapai suatu kesuksesan/keberhasilan/kemenangan.
Maka dari itu proses pendidikan tinggi sebagai calon pemimpin harus dibudayakan dengan membangun pengertian atau pola berfikir (mindset) menjadi suatu proses kebudayaan yang terjadi dalam proses belajar dan mengajar yang memiliki value/nilai-nilai: benar dan salah, baik dan buruk (respect), Kepantasan untuk dilakukan (best to do), Just and Fair (hanya dan tidak hanya), yang akhirnya disebut Responsibilitas atau Three fundamental conditions of value-etics.
***
Tanggapan saya :
BalasHapusSaya sangat sepakat dengan opini di atas, dimana menurut saya suatu pendidikan tinggi sangat berkaitan dengan pendidikan yang ada di dalam masyarakat, lalu bagaimana hubungannya atau pengaruh nilai-nilai yang ada dalam pendidikan tersebut mempengaruhi masyarakat, kemudian bagaimana kebudayaan (etika) tersebut berjalan/berlangsung. Kebudayaan dalam suatu pendidikan yaitu sebagai suatu tata kehidupan, suatu proses, dan suatu visi tertentu yang harus dilaksanakan demi menunjang keberhasilan dari pendidikan tersebut.
Menarik untuk memandang pemimpin-pemimpin kini dari desa hingga dunia..
BalasHapus