Ceritra Natal dari Konga
Eputobi.net, 22 Desember 2009:
Pada tanggal 19 Desember 2009, Will Buang, seorang ayah beranak satu, mengendarai sepeda motor tanpa SIM (Surat Ijin Mengemudi) melintasi sebuah ruas jalan di desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur. Perbuatan melanggar peraturan lalulintas ini sempat menelan korban seekor anjing piaraan. Mungkin
karena belum mahir mengendarai motor atau karena sengaja, sang bapak
sempat menabrak anjing betina milik keluarga Sebastianus Lowa.
Sebastianus
Lowa ialah seorang petani sederhana yang mencari nafkah hidupnya
sehari-hari dengan bekerja di sawah. Untuk menambah penghasilannya dan
memberi makan istri dan ketujuh anaknya Sebastianus mengiris Tuak dan
memasak arak untuk dijual. Pada hari Sabtu
tanggal 19 Desember 2009 seperti biasa Sebastianus dan keluarganya
berada di sawah untuk bekerja. Sekitar pukul tiga sore, ketika mereka
kembali dari sawah , mereka mendapati sejumlah orang muda di desa Konga
yang sudah sibuk membakar anjing piaraan Sebastianus untuk disantap
bersama. Bagi istri Sebastianus, tindakan orang-orang ini sangat tidak
etis, karena tanpa sepengatahuan pemiliknya,
dalam hal ini, Sebastianus Lowa dan istrinya, orang-orang ini berani
mengambil anjing yang tertabrak motor ini dan membakarnya untuk
dijadikan daging yang nantinya akan disantap sendiri.
Sebagai
orang yang berpendidikan mestinya kita mengerti reaksi istri
Sebastianus yang nota bene hanya memiliki ijasah SMP. Sang istri
langsung mengungkapkan rasa tidak puasnya dihadapan orang-orang yang
secara terang-terangan merampas hak kepemilikan mereka atas anjing
piaraan keluarga. Sayang bahwa pengandaian umum
untuk orang-orang berpendidikan ini justru tidak berlaku di desa Konga,
khususnya untuk beberapa orang berpendidikan di sana. Mereka justru
beramai-ramai mengeroyok istri korban dengan nasihat-nasihat yang amat
tidak logis untuk diterima akal sehat. Ibu Yeye,
seorang guru sekolah dasar di sana, malah tidak tanggung-tanggung
mengatakan bahwa istri Sebastianus ialah orang bodoh dan mencercai dia
sebagai seorang pengacau. Demikian juga seorang bidan Desa yang brinisial Bidan Aci
secara arogan menasihati istri Sebastianus Lowa untuk tidak hanya
memperhatikan anjing miliknya tetapi juga harus memperhatikan dan
mengunjungi si penabrak anjing, pengendara sepeda motor yang belum
memiliki SIM.
Selain
berhadapan dengan kedua orang intelektual di atas, Istri Sebastianus
Lowa juga harus berhadapan dengan sejumlah besar orang Konga yang lain,
yang menilainya sebagai sumber pengacau. Lebih parah lagi ialah bahwa
ayah penabrak sendiri datang kedepan rumah Sebastianus Lowa dan
berteriak serta menuntut keluarga Sebastianus untuk membongkar tempat
memasak arak di atas tanah di samping rumah Sebastianus Lowa. Halaman
rumah sebastianus memang sangat sempit karena itu lewat restu pemiliknya
, Bapak Kobus Buang, ayah penabrak, Sebastianus
memasak arak di atas tanah kosong di samping rumahnya. Karena merasa
bahwa tindakan anaknya Willi Buang menabrak anjing milik Sebastianus
Lowa tidak ditolerir begitu saja oleh istri Sebastianus, sang ayah
langsung mencabut ijin usaha sambilan yang dilakukan Sebastianus Lowa di
atas tanah kosong miliknya.
Kini
Sebastianus tidak bisa lagi meneruskan pekerjaan sambilannya karena
merasa dimusuhi oleh para tuan tanah di Konga. Istri Sebastianus sudah
melaporkan kejadian ini ke Polisi di Lewolaga. Panggilan pertama dan
kedua dari Polisi hanya dipenuhi oleh dua orang, yakni Ayah Will Buag,
Bapak Kobus Buang dan seorang yang berinisial Om Nisu. Sampai dengan
berita ini diturunkan, tokoh intelektual seperti seperti Ibu Yeye dan
sejumlah orang lain yang ikut mengeroyok istri Sebastianus Lowa dengan
nasihat-nasihat sok alim mereka, belum memenuhi panggilan polisi. Kita
berharap agar Polisi-Polisi kita di Lewolaga mampu menegakan rasa
keadilan yang menjadi hak Sebastianus Lowa dan keluarganya. Tanpa rasa
keadilan ini, kami yang ikut prihatin atas kejadian ini, tidak bisa
merayakan Natal, sebagai sebagai sebuah pesta damai.
Komentar
Posting Komentar